Slogan “kembali ke pertanian organik” telah lama didengungkan. Namun praktek aplikasinya ke lapang masih sulit karena terkendala oleh penyediaan bahan organik in situ, model tanam organik, teknik pengolahan limbah organik, dan hasil aplikasi bahan organik/pupuk organik kurang memuaskan dibanding pupuk anorganik. Pemahaman manfaat penggunaan bahan organik jangka panjang bagi tanah, tanaman dan makhluk yang menggunakannya, sehingga perlu sosialisasi ke petani agar tidak enggan lagi kembali ke pertanian mas dulu. Dalam mewujudkan kegiatan tersebut, petani perlu dikenalkan, dilihatkan, dicontohkan, dan diajak bersama -sama berkebun organik melalui pendampingan dari pihak yang kompeten .
Studi eksisting ke beberapa petani yang sudi bertani organik , diantaranya :
Petani padi di Gununganyar, SurabayaAplikasi kombinasi pupuk organik granul dan setengah dosis Ponska telah memberikan hasil yang sama dengan Dosis Ponska 100 % melalui hasil gabah kering petak ubinan 2×2 m2.
2. Petani padi di Gresik
3. Petani padi di Jombang
Dalam mendukung kegiatan bertani organik, masing-masing telah menyiapkan sarana prasarana pendukung diantaranya:
Bahan baku pupuk organik (limbah tanaman dan ternak)
Mata kuliah Cekaman lingkungan dijadwal untuk semester IV TA 2014/2015 dan semester V TA 2015/2016 Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur
Dalam uraian kali ini, akan dibahas khususnya garam yang mempengaruhi lingkungan, tanah, air, dan tanaman. lebih spesifik lagi meliputi macam-macam , sumber dan dampak garam pada Tanah dan tanaman
Senyawa garam dapat dikenali dari ciri-cirinya : warna, rasa, dan bau.
2. Dampak kelebihan garam pada Tanah
Garam NaCl , garam dapur, merupakan garam paling menentukan salinitas tanah.
Kelebihan garam dalam Tanah akan menimbulkan
a. ketidak seimbangan kation : sehingga Tanah menjadi semakin salin. Konsentrasi garam dapat diukur dengan pH dan EC meter. Tanah salin biasanya dicirikan oleh Nilai pH < 8, EC tanah >4, dan SAR < 15. Namun, EC tanah > 2.5 sudah meyebabkan keracunan pada beberapa jenis tanaman tertentu. Ambang batas EC tanah aman untuk pertumbuhan tanaman adalah 0.8 -2.5 mS/cm. Jika nilai EC Tanah diatas atau dibawah ambang batas, pertumbuhan tanaman terganggu. namun tingkat toleransi tanaman berbeda terhadap nilai salinitas Tanah.
b. struktur Tanah mudah terdispersi, sehingga agregat kurang mantap, efek selanjutnya cadangan air rendah karena tanah tidak mampu menyimpan air. Hal ini terjadi karena jika Na+ mendominasi koloid tanah kurang kuat menetralisir muatan negatif, sehingga agregat mudah lepas.
c. mikroba sulit hidup dan berkembang, sehingga memperlambat proses dekomposisi. Mikroba tahan hidup pada kondisi pH netral.
3. Dampak kelebihan garam pada air
Jika konsentrasi garam dalam air berlebih, maka :
a) air tidak layak untuk irigasi, karena akan menjenuhi koloid tanah menyebabkan pH dan EC e tinggi, (b) tidak aman untuk konsumsi manusia karena manambah tensi.
4. Dampak kelebihan garam pada tanaman
Tingginya akumulasi salin/garam menyebabkan : (a). air dalam tanaman banyak tertarik ke dalam koloid, menyebabkan tanaman mudah layu. (b). ion lain sulit masuk ke akar tanaman, sehingga tanaman kekurangan nutrisi. (c) tanaman tumbuh abnormal: kandungan klorofil rendah, pertumbuhan akar terhambat, luas pemukaan daun, berat biomasa, dll.
Beberapa peneliti telah mendapatkan solusi alternatif untukmmengatasi permasalahan salinitas tanah, diantaranya:
1. Penggunaan bahan organik
2. penggunaan tanaman toleran
3. perolehan protein yang mengatur penyerapan air dan nutrisi
Hasil penelitian Efek salinitas pada tanamandapat diperoleh pada
Bertolak dari pemikiran bahwa uji cepat analisa Tanah dapat mengurangi masa tunggu analisa laboratorium, maka ide ini dibuat dengan merancang uji cepat pH tanah dengan menggunakan media Android. Kegiatan dilakukan atas pendanaan Dikti skim PKM teknologi, dengan judul : Aplikasi MOP for android. sebenarnya bukan MOP, melainkan MOS, karena yang dipraktekkan sementara untuk Tanah (Soil) namun akurasi alat biasanya bias dipakai untuk sampel apapun.
Sebagai testimony iptek yang merupakan salah satu kegiatan PKMT, kita tunjukkan kelebih teknologi disbanding yang selama ini dikerjakan analisa rutin laboratorium Sumber Daya Lahan kami. Hasil analisa langsung bisa dibaca dan disimpan dalam HP. jika dibandingkan dengan analisa rutin yang biasa dilakukan di labpratoeium, maka metode ini lebih cepat.
Sekarang teknologi ini diajukan untuk kompetisi lagi di ITB oleh mahasiswa lainnya dan semoga berhasil.
Limbah jerami padi kelompok tani Gununganyar biasanya digunakan untuk pakan ternak atau dibakar untuk pembersihan lahan. Pengolahan jerami menjadi kompos, Pembenah Tanah dan pestisida dilakukan atas kegiatan pengabdian kepada masyarakat skim IbM DP2M Dikti TA 2015. jerami padi dikomposkan secara aerob, di lahan petani. kompos yang telah matang dibuat pupuk organic dengan campuran pupuk kandang dalam perbandingan 1:1 dan diberi humat 10%. pupuk kompos yang sudah jadi diaplikasikan ke lahan petani.
Evaluasi hasil padi dengan ubinan 2.5×2.5 m2
Demplot aplikasi pupuk organic ke lahan kelompok tani Gununganyar dilakukan untuk mengkaji potensi pupuk terhadap hasil dibandingkan jika lahan tidak diber pupuk organic.
Dua 2 petak lahan masing-masing berukuran 10 m x 6 m digunakan sebagai demplot. satu petak diberi pupuk organic 100 kg dan petak lainnya tidak diberi pupuk. hasil padi yang diberi pupuk organic meningkat 1.5 kali lipat disbanding yang tidak diberi yaitu 5.2 kg vs 3.4 kg. Ini membuktikan bahwa pupuk organic dapat meningkatkan hasil.
Gambar 1. hasil padi ubinan 2.5 x 2.5 m2
Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan pembuatan Kompos dan Pembenah Tanah dan pestisida berbasis jerami padi.
2, Ekstraksi jerami dengan basa lemah menjadi Humat
Kompos jerami berperan lama dalam memperbaiki kesuburan Tanah sehingga perlu diinovasi teknologinya dengan ekstrak humat agak berperan lebih efektif.
Gambar 2. kompos jerami diekstrak dengan KOH 0.1 N
Arang sekam dibuat dengan membakar sekam padi , namun tidak sampai menjadi abu. fungsi arang sekam untuk memperbaiki struktur Tanah. alat yang digubakan adalah seng bekas berlubang yang berfungsi untuk meratakan bara api.
Asap cair jerami /sekam padi dibuat melalui kondensasi jerami dalam tungku pembakaran. asap cair yang dihasilkan berfungsi untuk mengusin hama tanaman, sehingga bias mengurangi serangannya.
Pelatihan kewirausahaan pupuk organic dan padi organic bagi kelompok tani desa Wriginpitu dan Catakgayam Kecamatan Mojowarno Kapupaten Jombang ke PPK CSR Sampoerna merupakan salah satu bagian kegiatan IbW atas dukungan dana DP2M DIKTI dan Pemda Jombang, yang terselenggara pada tahun 2015.
kegiatan dibagi dalam 2 kelompok meliputi
1. Pengolahan limbah ternak menjadi biogas, kompos, pupuk organic padat dan cair, MOL/decomposer
2. Budidaya padi Organik model SRI.
Gambar 2 . Ruang kelas tutorial dan ruang diskusi dengan pengelola CSR
Pemberdayaan Petani Padi Organik Di Desa Wringinpitu dan Catakgayam Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang
Oleh: Dr. Ir. WANTI MINDARI, MP., NIP. 196312081990032001, NIDN. 0008126309
Kata pengantar :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya laporan kami dalam kegiatan Iptek bagi Wilayah Mojowarno, Jombang berbasis Agroindustri TA 2013-2015. Laporan ini dibuat pada Kegiatan tahun 2013-2015 yang melibatkan 2 desa yaitu Wtinginpitu dan Catakgayam kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, yang meliputi budidaya padi organik dan pengelolaan limbah kayu jati menjadi kerajinan.
Transfer ipteks meliputi sosilaisasi, pelatihan, praktek, pendampingan, studi banding dan pameran kegiatan hasil pemberdayaan petani dan pengrajin. Namaun dalam tulisan kali ini diulas sosialisasi dan praktek pembuatan pupuk yang dilakukan di kedua desa dengan berbagai narasumber berpengalaman. Dosen UPN dan Undar berperan dalam pelatihan pupuk organik, pembenah tanah, pestisida alami. Kami berharap setelah slesai program IbW, mereka trampil dalam mengelola limbah untuk dijadikan barang berguna.
Tulisan ini kami buat pada tahun ketiga IbW berjalan, dan secara kontinyu kami pantau dampak iptek bagi masyarakat tersebut. Hampir 30 persen warna mau melaksanakan kegiatan ini, dan sebagian lagi masih kurang berkenan. Semoga tulisan ini berguna bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Warga petani desa Wringinpitu Kecamatan Mojowarno telah lama bertanam padi dengan menggunakan sistem konvensional. Rata-rata kondisi kesuburan tanah menurun akibat penggunaan pupuk dalam dosis tinggi, umumnya 1 sag per banon (100 kg per 1/7 ha). Nilai pH tanah dibawah 7, tanah menjadi agak keras dan produksi tanaman rendah. Sistem irigasi yang digunakan melalui pompanisasi. Model sistem tanam demikian jika dilakukan taerus menerus akan merusak kesuburan tanah. Disisi lain, Potensi limbah tanaman sebagai bahan baku pupuk alternatif, kerajinan, dan olahan lainnya
Model tanam padi dengan menggunakan pupuk organik akan mengembalikan kesuburan tanah karena bahan organik dipercaya dapat menambah cadangan nutrisi tanaman, meningkatkan cadangan air, mengurangi kehilangan nutrisi melalui penguapan dan pencucian. Pupuk organik dapat dibuat dari daur ulang limbah tanaman dan ternak melalui pengomposan dan pengekstrakan. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pengolahan limbah menjadi pupuk akan membantu petani dalam menurunkan kebuetuhan pupuk NPK.
Kelompok sasaran meliputi kelompok tani, karangtaruna, dan perangkat desa. Dalam melaksanakan kegiatan, kami dibantu mahasiswa. Kegiatan meliputi : 1) sosialisasi untuk mengkaji permasalahan desa dan rencana solusi alternatif pemecahannya, 2). Daur ulang limbah tanaman.
Tujuan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan petani dalam mengelola limbah menjadi pupuk dan pembenah alternatif.
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dimulai dari sosialiasi program IbW, pelatihan, pendampingan, studi banding dan demplot aplikasi pupuk ke lahan warga.
2.1. Sosialisasi Program IbW
Sosialiasi program IbW ke warga sasaran tentang pentingnya mengelola limbah yang ada di lingkungan warga agar bisa mengurangi volume limbah dan bisa diolah menjadi barang berguna. Limbah pertanian, khususnya padi dan jagung yang banyak terdapat di desa tersebut, unutk dijadikan kompos, pupuk organik, MOL, pestisida organik sehigga bisa mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia. Aplikasi pupuk organik ke lahan pertanian dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menekan kerusakan lahan.
Gambar 2. Potensi limbah tanaman sebagai bahan baku pupuk organik / alternatif
2.2. Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal)
Pelatihan cara membuat MOL dari limbah tanaman dibimbing oleh bapak Agus Fahmi, dosen Fakultas Pertanian dari Undar, Jombang. Saat awal bergabung dalam kegiatan ini menjabat sebagai Wkil Dekan I, namun sekarang menjadi Dekan Fakultas Pertanian Undar Jombang.
Bahan : limbah tanaman padi (dedak, jerami), mikroba dari bonggol pisang, air, molases (gula)
Alat : timba (ukuran 10 liter atau sesuai kebutuhan), pengaduk, gayung
Cara :
semua bahan yang telah disiapkan dicacah halus dibuat ukuran kurang lebih 1-2 cm,
bahan halus ditimbang 1 kg kemudian dimasukkan ke dalam ember
5 liter air dan 100 ml molases ditambahkan ke ember yang sudah ada bahannya dan dicampur merata.
Ember ditutup dan Campuran di biarkan kurang lebih 2 minggu.
Setiap 3 hari sekali diaduk untuk mempercepat reaksi
Mol sudah siap dipakai setelah ada gelembung dalam cairan yang menendakan mikroba sudah aktif.
MOL (Mikroorganisme Lokal) dapat dibuat dari semua bahan organik. Pada dasarnya semua bahan organik mengandung sejumlah mikroba, namun keberadaannya bervariasi tergantung inangnya. Selain boggol pisang, rume sapi juga merupakan sumber mikroba terbanyak, namun karena sesuatu hal kurang diminati. Tanah juga sumber mikroba tinggi sehingga bisa digunakan sebagai dekomposer jika tidak mempunyai MOL, EM4, Orgadec, Stardec, dan sebagainya.
Gambar 4. Proses pembuatan MOL
(Seputar jarum jam: penyiapan bahan, penakaran, pencampuran ke kompos, kompos yang matang)
2.3. Pembuatan kompos
Pelatihan cara membuat kompos dari limbah tanaman padi (jerami) dibimbing oleh Bapak Purnomo Edi Sasongko dan Bapak Setyo Budi Santoso, dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM.
Bahan : jerami padi, MOL
Alat : pencacah
Cara :
Jerami dicacah dengan mesin pencacah
Jerami yang sudah dicacah ditumpuk, kemudian ditambahkan mol atau dekomposer 1 liter dan air hingga kelembaban 60-70%
Tumpukan jerami ditutup plastik untuk menambah suhu agar reaksi lebih cepat
Tiap 2-3 hari sekali membalik jerami padi agar cepat membusuk
Jika kompos terlalu basah perlu menambah bahan kering, dan jika terlalu kering perlu menambah bahan hijauan.
Setelah 3-4 minggu , kompos jemari sudah matang yang ditandai perubahan warna dari hijau menjadi coklat kehitaman, tidak berbau, ph sekitar 6 dan dingin.
Gambar 5. Pembuatan kompos, pupuk organik “Bokasi” dari bahan jerami.
2.4. Pembuatan Pupuk Cair organik
Pelatihan cara membuat pupuk cair organik dari limbah tanaman padi (jerami) dibimbing oleh Bapak Hadi Suhardjono dan Ibu Wanti Mindari, Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM. Pupuk Organik Cair organik dibuat dengan cara mengekstrak limbah tanaman atau hewan dengan larutan basa lemah (KOH atau NaOH) perbandingan 1 : 10, dalam pengadukan konstan pengaduk elektrik selama 12- 24 jam berselang. Ekstrak ini mengandung substansi humat yang berperan efektif dalam penjerapan nutrisi dan air dalam tanah.
Bahan : limbah tanaman, kompos, buah, KOH 0.1 N (5.6 g /1 liter air)
Alat : pengaduk elektrik, tong/timba sesuai kebutuhan (50-100 liter)
Cara :
Kompos limbah tanaman dihaluskan, diayak lolos ayakan 0.5 – 1 mm
Kompos ditimbang sesuai kebutuhan , misal 5 kg
Tong kapasitas 100 liter diisi air 50 liter untuk mencukupi proporsi bahan : air (1 :10)
KOH = 50 x 5.6 g = 280 g dimasukkan ke dalam tong plastik yang mengandung larutan kompos.
Alat pengaduk dihidupkan, dan dibiarkan selama 12 -24 jam berselang
Cairan berwarna hitam adalah substansi humat (SH) dengan ciri tidak berbau, mempunyai pH sekitar 11.
Cairan ini jika dicampur dengan Urea/SP36/ZA, akan turn pHnya mendekati netral. Jika tidak mencapai pH 6-7, maka perlu ditambahkan asam organik lainnya seperti asam sitrat, asam fulfat, dll.
Gambar 6. Sosialisasi pembuatan ekstrak humat
Gambar 7. Pupuk cair dan humat sebagai pembenah tanah
2.5. Pembuatan pestisida nabati
Pelatihan cara membuat pestisida organik dari tanaman rempah-rempah dibimbing oleh Ibu Wiwik Harijani, Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM. Pestisida Organik organik dibuat dengan cara mengekstrak rempah-rempah ke dalam air dengan perrbandingan 1 : 5-10, dalam inkubasi 1 bulan.
Bahan : rempah-2, nanas, daun mimba, MOL
Alat : ember
Cara :
semua bahan dicacah kemudian ditimbang kurang lebih 3 kg
bahan dimasukkan ke dalam timba 5 liter
30 liter air ditambahkan ke dalam ember untuk mencukupi perbandingan (1 : 10)
Campuran diaduk merata, disimpan selama kurang lebih 1 bulan
Setiap 3-5 hari sekali diaduk untum membantu percepatan reaksi.
Gambar 8. Pestisida organik cair dari rempah-remap dan daun mimba
2.6. Demplot aplikasi pupuk ke lahan untuk tanaman jagung
Pupuk organik cair diberikan ke lahan dengan cara mengocor pada saluran media tanam. Pupuk organik cair mengandung nutrisi siap tersedia sehingga mudah diserap olah akar tanaman. Kegiatan pemupukan dibimbing oleh bapak Agus Fahmi dosen Fakultas Pertanian Undar Jombang dibantu mahasiswa KKN PPM UPN “Veteran” Jatim.
Gambar 9. Aplikasi pupuk cair untuk jagung
III. MONITORING HASIL
Rencana tahap selanjutnya dari program pendampingan pembuatan pupuk adalah memonitor hasil pembuatan pupuk dan aplikasinya ke lahan, agar mendaptkan nilai tambah keluarga, serta meningkatkan kepedulian warga akan kesehatan lahan dan lingkungan,
Kegiatan ini dilakukan secara intensip tiap bulan atas dukungan dana dari progam Ipteks bagi Wilayah yang didanai DP2M Dikti dan Pemkab Jombang serta pihak terkait secara moril dan materiil.
3.1.1. Monitoring pertumbuhan jagung setelah pemberian pupuk organik cair.
Tanaman jagung umur 11 minggu (50 hari) dengan tinggi antara 150-180 cm, ukuran tongkol sebesar sabit. Panin muda 2 minggu lagi dari sekarang. Kira-kira minggu ke 3 oktober 2013 (penjelasan bapak Juremi, pemilik lahan untuk demplot aplikasi pupuk cair organik)
Gambar 10. Pertumbuhan jagung setelah 1 bulan aplikasi pupuk cair
3.1.2. Monitoring dan Evaluasi kesuburan tanah dan uji cepat pH tanah
Pupuk organik telah dipercaya dapat digunakan sebagai pupuk altrnatif pengganti pupuk kimia, namun efeknya bagi perubahan sifat fisik-kimia-biologi tanah lambat. Setiap jenis bahan organik mempunyai efek kesuburuan tanah berbeda, ditentukan oleh sumber bahan organik, dosis, dan cara pemberian pupuk serta jenis tanahnya. Efek ciri kimia tanah meliputi pH, kapasitas tukar kation, nutrisi tersedia. Jika pupuk organik mengandung kadar NPK tinggi maka akan mengurangi kebutuhan pupuk NPK kimia.
Untuk mengkaji potensi pupuk organik pada kesuburan taan perlu dimonitor secara kontinya sehingga dapat digunakan untuk menilai perkembangan tingkat kesuburuan tanah . Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator reaksi tanah. Nilai pH tanah berkorelasi positif dengan nutrisi makro atau mikro. Masyarakat diberi arahan tentang cara mengukur pH tanah dari berbagai sampel untuk melihat perbedaam nilainya.
Gambar 10. Evaluasi kesuburan tanah dengan uji cepat pH tanah
Gambar 11. Diskusi tim IbW untuk kegiatan berikutnya
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberdayaan petani dalam mengelola limbah tanaman yang telah dilakukan oleh tim dosen dari UPN “Veteran” Jawa Timur dan Undar Jombang telah merubah sikap dan pandangan warga desa Wringinpitu dalam membuat pupuk organik dan mengelola lahan secara organik walau masih sekitar 20-30%. Rendahnya hasil program disebabkan sulitnya menyediakan pupuk organik karena tidak ada limbah kotoran ternak sehingga hanya mengandalkan limbah tanaman.
Penyediaan ternak sangat diutamakan jika budidaya organik digalakkan. Mudah-mudahan dengan adanya program kerja lainnya bisa memvasilitasi kekurnagan ini, sehingga progam padi organik bisa terwujud.
Tanah subur pada prinsipnya adalah Tanah yang mampu menopang pertumbuhan tanaman dalam satu siklus hidupnya. Tanah dikatakan subur jika 1). secara fisik mampu menyediakan tempat bagi berkembangnya akar tanaman, mikroba, menyediakan udara dan gas-gas yang dibutuhkan tanaman dan mikroba, 2). secara kimia mampu meyediakan ion-ion nutrisi yang dibutuhkan tanaman, karena hanya ion (+ dan -) yang bisa diserap oleh akar tanaman. 3) secara biologi mikroba /fauna Tanah mampu membantu mendekomposisi bahan organic dan melarutkan nutrisi yang menambah ketersediaan hara.
Ruang tempat berkembangnya akar dan mikroba sangat ditentukan oleh tekstur Tanah, mineral, vegetasi/bahan organic, topografi, dan pengelolaan manusia. Proporsi pasir, debu dan clei sangat mempengaruhi terbentuknya kemantapan agregat Tanah. Tanah berpasir akan mudah meloloskan air dan nutrisi tanaman sehingga menurunkan cadangan kedua bahan dalam Tanah. sebaliknya Tanah liat akan menahan air dan nutrisi dalam Tanah sebagai cadangan air dan hara. Namun Tanah liat kurnag bagus bagi perkembangan mikroba karena kekurangan gas dan mudah tergenang karena porositas total kecil. Tanah lempung atau loam, sangat baik untuk pertumbuhan mikroba dan perakaran tanaman sehinnga merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan tanaman.
Ketersediaan ion-ion nutrisi tanaman sangat dipengaruhi oleh kapasitas tukar kation Tanah, jumlah ion-/ion dalam larutan, jerapan/adsorpsion, absorbtion/serapan, iklim (curah hujan, evaporasi), tanaman/ vetgetasi, dan pengelolaan. Kemampuan tukar kation Tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan liat dan bahan organic, dalam hal ini humus atau humat.
Tanah salin mempunyai ciri pH<8, EC > 4 mS/cm, SAR < 15. Variasi salinitas Tanah dan air sangat ditentukan oleh jarak lokasi dari pantai, macam garam terlarut, bahan induk, iklim, vegetasi, dan pengelolaan lahan. Semakin jauh jarak lahan dari pantai, semakin rendah konsentrasi garam terlarut. Salinitas Tanah beberapa wilayah Sidoarjo diantaranya Buduran dan Sedati, berkisar antara rendah sampai sedang. Nilai pH Tanah 7.2-7.8, Na tukar 2.1- 2.7 cmol/kg, dan EC 1.2- 2.5 mS/cm. salinitas air sumber sebagai irigasi juga dipengaruhi oleh iklim. pada musim penghujan, salinitas Tanah dan air tidak bermasalah, namun pada musim kemarau akan bermasalah bagi system pertanian. Pada musim kemarau akut, EC Tanah bisa mencapai 4 mS/cm sedangkan salinitas air bervariasi antara 1- 4 mS/cm.
Manajemen terpenting dalam mengelola lahan salin adalah : 1). menyediakan media tanam yang memfasilitasi drainase dan kapilaritas air dan larutan garam dalam kolom tanah, 2) pemilihan amelioran/amandemen yang mampu mengendapkan garam terlarut sehingga tidak meracuni tanaman, melonggarkan pertikel padat agar ruang pori meningkat sehingga mengkontribusi pergerakan air dan hara, 3). pemilihan bahan /pupuk yang tidak menambah konsentrasi garam dan pH Tanah. contohnya menghindari penggunaan NaCl, CaCO3, dan dolomit. Disarankan menggunakan ZA dibaning Urea sebagai sumber N karena ZA lebih masam disbanding Urea, sehingga mengkontribusi penurunan pH Tanah. 4). Kontrol EC air irigasi merupakan hal penting agar tidak menambah konsentrasi garam dalam larutan Tanah.
Pemilihan tanaman toleran pada berbagai EC air salin juga menentukan keberhasilan budidaya. hasil penenlitan toleransi tanaman jagung jagung dapat dilihat pada publikasi http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil/issue/view/37 dengan judul : Maize Tolerance to Salinity of Irrigation Water
Penambahan kadar garam, NaCl, menurunkan pertumbuhan dan hasil padi seperti tlah saya dapatkan dalam publikasi jurnal Tanah tropika dengan judul Dynamic of Saline Soil Cations after NaCl Application on Rice Growth and Yields, dengan url : http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil/article/view/853
Pupukadalah bahan yang ditambahkan ke dalam media tanam atau tanah untuk menambah nutrisi tanaman.
Pembenah tanah adalah bahan yang ditambahkan ke tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Perannya dalam sifat fisik tanah: a).meningkatkan kandungan air melalui penyitaan air, b). memperbaiki agregasi tanah, melalui perenggangan pertikel padat, c) mengikat partikel lepas menjadi agregat.
Perannya dalam sifat kimia tanah: a) menjerap dan menukarkan kation tanah dengan kation lainnya, sehingga membantu menyediakan nutrisi tanaman, b). megkhelat kation valensi ganda sehingga menyeimbangkan kelebihan kation dan mengurangi ion beracun, c). mengikat H+ atau OH-. sehingga menetralkan kemasaman dan kenbasaan tanah
Perannya dalam sifat biologi tanah : memberikan suasana yang nyaman bagi perkembangan aktivitas mikroba dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Dekomposisi bahan organic menjadi asam-asam organik dan turuannya menambah nutrisi tanaman dan muatan negatif tanah. Muatan negatif tanah berasal dari gugus fenol dan asam karboksilat.
Asam humat diyakini mempunyai gugus karbon terpanjang dan ikatan kompleks dengan air, logam, nutrisi, dan liat dibanding asam fulvat.
Asam humat dapat diekstrak dengan basa lemah ( NaOH atau KOH , dari 0.1 – 0,5 N selama 24 jam pengocokan berselang akan menghasilkan pH larutan sekitar 11. Larutan mengandung substansi humat (SH) dan humin kemudian disaring untuk memisahkan humin dari SH. Substansi humat mengandung asam humat (AH) dan asam fulvat (AF). untuk memisahkan keduanya, kedalam larutan SH ditambahkan H2SO4 atau HCl 6 N dengan pengadukan konstan hingga pH mencapai 2. Besarnya jumlah asam humat bahan ditentukan oleh macam bahan organic dan metode ekstraksi. hasil isolasi dan karakterisasi asam humat telah dipresentasikan pada seminar ICGAI dengan alamat :
Kompos limbah tanaman memiliki persen asam humat paling rendah dibanding batu bara, gambut, pupuk kandang, guano. Asam humat dapat diaplikasikan langsung ke dalam Tanah dalam bentuk cair, powder, atau granul. dengan dosis optimal untuk Tanah salin antara 1-2 g/kg Tanah. Asam humat ( AH) cair dengan BJ 1g/cm3, diberikan setara 100-200 ml /3 kg tanah.
Asam humat dapat ditambahkan ke pupuk organik sesuai kebutuhan. Umumnya pemberian 10%-20% AH ke pupuk organic granul (POG) sudah mencukupi fungsi amelioran. Penambahan AH pada POG, menyebabkan POG berwarna lebih gelap dibanding sebelumnya.
Asam humat cair dapat dikeringkan secara alami atau dengan pemanasan suhu sekitar 40oC untuk memudahkan penyimpanan.
Asam fulvat bisa digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pupuk organik cair atau sebagai pelarut mineral untuk melepaskan unsur nutrisi yang terjerap. Gypsum, Dolomit, SP36 yang dilarutkan ke dalam asam fulfat akan mudah melepaskan Ca, P , dan Mg.
Hasil penetian K-humat dan Kation pada perubahan kation Tanah salin dan pertumbuhan jagung telah dipublikasi pada alamat
Kombinasi AH atau AF dengan nutrisi tersedia pupuk (Urea, ZA, KCL, SP 36, KH2PO4, NM4NO3) akan menyediakan nutrisi lebih cepat namun tidak mudah hilang ke akar tanaman. hasil aplikasi POC (pupuk organic cair ) berbasis humat dan fulvat untuk sayuran telah diseminar pada Seminar nasional Sumber Daya Lahan topik Khusus -Teknologi Pemupukan Dan Pemulihan Lahan Terdegradasi, BBSDL, Bogor.
Peran Humat dalam tanah dan tanaman
1. Peran AH pada tanah
Asam humat berperan memperlambat kelarutan nutrisi yang dilepas oleh pupuk (Urea, ZA),
menukarkan kation Tanah garam ( Na, Ca) sehingga menyeimbangkan kation dan menteralkan pH, mengkhelat keracunan Al ,Fe, Mn tanah masam sehingga menambah ketersediaan P. asam humat menyita air, H2O, sehingga meningkatkan kelembaban tanah.