Pemberdayaan Petani Padi Organik Di Desa Wringinpitu dan Catakgayam Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Pemberdayaan Petani Padi Organik Di Desa Wringinpitu dan Catakgayam Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang

 Oleh: Dr. Ir. WANTI MINDARI, MP., NIP. 196312081990032001, NIDN. 0008126309

 Kata pengantar : 

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya laporan kami dalam kegiatan Iptek bagi Wilayah Mojowarno, Jombang berbasis Agroindustri TA 2013-2015.  Laporan ini dibuat pada Kegiatan tahun 2013-2015 yang melibatkan 2 desa yaitu Wtinginpitu dan Catakgayam kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, yang meliputi budidaya padi organik dan pengelolaan limbah kayu jati menjadi kerajinan.

Transfer ipteks meliputi sosilaisasi, pelatihan, praktek, pendampingan, studi banding dan pameran kegiatan hasil pemberdayaan petani dan pengrajin.  Namaun dalam tulisan kali ini diulas sosialisasi dan praktek pembuatan pupuk yang dilakukan di kedua desa dengan berbagai narasumber berpengalaman. Dosen UPN dan Undar berperan dalam pelatihan pupuk organik, pembenah tanah, pestisida alami. Kami berharap setelah slesai program IbW, mereka trampil dalam mengelola limbah untuk dijadikan barang berguna.

Tulisan ini kami buat pada tahun ketiga IbW berjalan, dan secara kontinyu kami pantau dampak iptek bagi masyarakat tersebut. Hampir 30 persen warna mau melaksanakan kegiatan ini, dan sebagian lagi masih kurang berkenan. Semoga tulisan ini berguna bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Daftar isi

I. PENDAHULUAN..

2.6.       Demplot aplikasi pupuk ke lahan untuk tanaman jagung.

III.         MONITORING HASIL.

3.1.       Monitoring pertumbuhan jagung setelah pemberian pupuk organik cair.

3.2.       Monitoring dan Evaluasi kesuburan tanah dan uji cepat pH tanah.

 

  

 

 

I.   PENDAHULUAN

Warga petani desa Wringinpitu Kecamatan Mojowarno telah lama bertanam padi dengan menggunakan sistem konvensional.  Rata-rata kondisi kesuburan tanah menurun akibat penggunaan pupuk dalam dosis tinggi, umumnya 1 sag  per banon (100 kg per 1/7 ha). Nilai pH tanah dibawah 7, tanah menjadi agak keras dan produksi tanaman rendah.  Sistem irigasi yang digunakan melalui pompanisasi.  Model sistem tanam demikian jika dilakukan taerus menerus akan merusak kesuburan tanah. Disisi lain, Potensi limbah tanaman sebagai bahan baku pupuk alternatif, kerajinan, dan olahan lainnya

Model tanam  padi dengan menggunakan pupuk organik akan mengembalikan kesuburan tanah karena bahan organik dipercaya dapat menambah cadangan nutrisi tanaman,  meningkatkan cadangan air, mengurangi kehilangan nutrisi melalui penguapan dan pencucian. Pupuk organik dapat dibuat dari daur ulang limbah tanaman dan ternak melalui pengomposan dan pengekstrakan. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pengolahan limbah menjadi pupuk akan membantu petani dalam menurunkan kebuetuhan pupuk NPK.

Kelompok sasaran meliputi kelompok tani, karangtaruna, dan perangkat desa. Dalam melaksanakan kegiatan, kami dibantu mahasiswa.  Kegiatan meliputi : 1) sosialisasi untuk mengkaji permasalahan desa dan rencana solusi alternatif pemecahannya, 2).  Daur ulang limbah tanaman.

Tujuan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan petani dalam mengelola limbah menjadi pupuk dan pembenah alternatif.

II.  PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan dimulai dari sosialiasi program IbW, pelatihan, pendampingan, studi banding dan demplot aplikasi pupuk ke lahan  warga.

2.1.  Sosialisasi Program IbW

Sosialiasi program IbW ke warga sasaran tentang pentingnya mengelola limbah yang ada di lingkungan warga agar bisa mengurangi volume limbah dan bisa diolah menjadi barang berguna. Limbah pertanian, khususnya padi dan jagung yang banyak terdapat di desa tersebut, unutk dijadikan kompos, pupuk organik, MOL, pestisida organik sehigga bisa mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia. Aplikasi pupuk organik  ke lahan pertanian dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menekan kerusakan lahan.

Sosialisasi program IbW
Gambar 1.Sosialisasi program IbW
SAMSUNG CAMERA PICTURES
limbah padi

Gambar 2. Potensi limbah tanaman sebagai bahan baku pupuk organik / alternatif

2.2. Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal)

Pelatihan cara membuat MOL dari limbah tanaman dibimbing oleh bapak Agus Fahmi, dosen Fakultas Pertanian dari Undar, Jombang.  Saat awal bergabung dalam kegiatan ini menjabat sebagai Wkil Dekan I, namun sekarang menjadi Dekan Fakultas Pertanian Undar Jombang.

Bahan : limbah tanaman padi (dedak, jerami), mikroba dari bonggol pisang, air, molases (gula)

Alat     : timba (ukuran 10 liter atau sesuai kebutuhan), pengaduk, gayung

Cara    :

  1. semua bahan yang telah disiapkan dicacah halus dibuat ukuran kurang lebih 1-2 cm,
  2. bahan halus ditimbang 1 kg kemudian dimasukkan ke dalam ember
  3. 5 liter air dan 100 ml molases ditambahkan ke ember yang sudah ada bahannya dan dicampur merata.
  4. Ember ditutup dan Campuran di biarkan kurang lebih 2 minggu.
  5. Setiap 3 hari sekali diaduk untuk mempercepat reaksi
  6. Mol sudah siap dipakai setelah ada gelembung dalam cairan yang menendakan mikroba sudah aktif.

MOL (Mikroorganisme Lokal) dapat dibuat dari semua bahan organik.  Pada dasarnya semua bahan organik mengandung sejumlah mikroba, namun keberadaannya bervariasi tergantung inangnya.  Selain boggol pisang, rume sapi juga merupakan sumber mikroba terbanyak, namun karena  sesuatu hal kurang diminati. Tanah juga sumber mikroba tinggi sehingga bisa digunakan sebagai dekomposer jika tidak mempunyai MOL, EM4, Orgadec, Stardec, dan sebagainya.

Gambar 4.  Proses pembuatan MOL

(Seputar jarum jam: penyiapan bahan, penakaran, pencampuran ke kompos, kompos yang matang)

2.3. Pembuatan kompos

Pelatihan cara membuat kompos  dari limbah tanaman padi (jerami) dibimbing oleh Bapak   Purnomo Edi Sasongko dan Bapak Setyo Budi Santoso, dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM.

Bahan : jerami padi, MOL

Alat    : pencacah

Cara  :

  1. Jerami dicacah dengan mesin pencacah
  2. Jerami yang sudah dicacah ditumpuk, kemudian ditambahkan mol atau dekomposer 1 liter dan air hingga kelembaban 60-70%
  3. Tumpukan jerami ditutup plastik untuk menambah suhu agar reaksi lebih cepat
  4. Tiap 2-3 hari sekali membalik jerami padi agar cepat membusuk
  5. Jika kompos terlalu basah perlu menambah bahan kering, dan jika terlalu kering perlu menambah bahan hijauan.
  6. Setelah 3-4 minggu , kompos jemari sudah matang yang ditandai perubahan warna dari hijau menjadi coklat kehitaman, tidak berbau, ph sekitar 6 dan dingin.
  7. Gambar 5. Pembuatan kompos, pupuk organik “Bokasi” dari bahan jerami.

2.4.  Pembuatan Pupuk Cair organik

Pelatihan cara membuat pupuk cair organik dari limbah tanaman padi (jerami) dibimbing oleh Bapak Hadi Suhardjono dan Ibu Wanti Mindari, Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM.  Pupuk Organik Cair organik dibuat dengan cara mengekstrak limbah tanaman atau hewan dengan larutan basa lemah (KOH atau NaOH) perbandingan 1 : 10, dalam pengadukan konstan pengaduk elektrik selama 12- 24 jam berselang.  Ekstrak ini mengandung substansi humat yang berperan efektif dalam penjerapan nutrisi dan air dalam tanah.

 

Bahan : limbah tanaman, kompos, buah, KOH 0.1 N (5.6 g /1 liter air)

Alat     : pengaduk elektrik, tong/timba sesuai kebutuhan  (50-100 liter)

Cara :

  1. Kompos limbah tanaman dihaluskan, diayak lolos ayakan 0.5 – 1 mm
  2. Kompos ditimbang sesuai kebutuhan , misal 5 kg
  3. Tong kapasitas 100 liter diisi air 50 liter untuk mencukupi proporsi bahan : air (1 :10)
  4. KOH = 50 x 5.6 g = 280 g dimasukkan ke dalam tong plastik yang mengandung larutan kompos.
  5. Alat pengaduk dihidupkan, dan dibiarkan selama 12 -24 jam berselang
  6. Cairan berwarna hitam adalah substansi humat (SH) dengan ciri tidak berbau, mempunyai pH sekitar 11.
  7. Cairan ini jika dicampur dengan Urea/SP36/ZA, akan turn pHnya mendekati netral. Jika tidak mencapai pH 6-7, maka perlu ditambahkan asam organik lainnya seperti asam sitrat, asam fulfat, dll.

Gambar  6.  Sosialisasi pembuatan ekstrak humat

Gambar 7. Pupuk cair dan humat sebagai pembenah tanah

2.5. Pembuatan pestisida nabati

Pelatihan cara membuat pestisida organik dari tanaman rempah-rempah dibimbing oleh Ibu Wiwik Harijani, Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur yang dibantu mahasiswa yang sedang melaksanakan program KKN PPM.  Pestisida  Organik organik dibuat dengan cara mengekstrak rempah-rempah  ke dalam air dengan perrbandingan 1 : 5-10, dalam inkubasi 1 bulan.

 

Bahan : rempah-2, nanas, daun mimba,  MOL

Alat    : ember

Cara :

  1. semua bahan dicacah kemudian ditimbang kurang lebih 3 kg
  2. bahan dimasukkan ke dalam timba 5 liter
  3. 30 liter air ditambahkan ke dalam ember untuk mencukupi perbandingan (1 : 10)
  4. Campuran diaduk merata, disimpan selama kurang lebih 1 bulan
  5. Setiap 3-5 hari sekali diaduk untum membantu percepatan reaksi.

Gambar 8. Pestisida organik cair dari rempah-remap dan daun mimba

2.6.  Demplot aplikasi pupuk ke lahan untuk tanaman jagung

Pupuk organik cair diberikan ke lahan dengan cara mengocor pada saluran media tanam. Pupuk organik cair mengandung nutrisi siap tersedia sehingga mudah diserap olah akar tanaman.  Kegiatan pemupukan dibimbing oleh bapak Agus Fahmi dosen Fakultas Pertanian Undar Jombang dibantu mahasiswa KKN PPM UPN “Veteran” Jatim.

Gambar 9. Aplikasi pupuk cair untuk jagung

III.  MONITORING HASIL

Rencana tahap selanjutnya dari program pendampingan pembuatan pupuk adalah  memonitor hasil pembuatan pupuk dan aplikasinya ke lahan, agar mendaptkan nilai tambah keluarga, serta meningkatkan kepedulian warga akan kesehatan lahan dan lingkungan,

Kegiatan ini dilakukan secara intensip tiap bulan atas dukungan dana dari progam  Ipteks bagi Wilayah yang didanai DP2M Dikti dan  Pemkab Jombang serta pihak terkait secara moril dan materiil.

3.1.1.  Monitoring pertumbuhan jagung setelah pemberian pupuk organik cair.

Tanaman jagung umur 11 minggu (50 hari)  dengan tinggi antara 150-180 cm, ukuran tongkol sebesar sabit.  Panin muda 2 minggu lagi dari sekarang.  Kira-kira minggu ke 3 oktober 2013 (penjelasan bapak Juremi, pemilik lahan untuk demplot aplikasi pupuk cair organik)

Gambar 10.  Pertumbuhan jagung setelah 1 bulan aplikasi pupuk cair

3.1.2.   Monitoring dan Evaluasi kesuburan tanah dan uji cepat pH tanah

Pupuk organik telah dipercaya dapat digunakan sebagai pupuk altrnatif pengganti pupuk kimia, namun efeknya bagi perubahan sifat fisik-kimia-biologi tanah lambat.  Setiap jenis bahan organik mempunyai efek kesuburuan tanah berbeda, ditentukan oleh sumber bahan organik, dosis, dan cara pemberian pupuk serta jenis tanahnya.  Efek ciri kimia tanah meliputi pH, kapasitas tukar kation, nutrisi tersedia. Jika pupuk organik mengandung kadar NPK tinggi maka akan mengurangi kebutuhan pupuk NPK kimia.

Untuk mengkaji potensi pupuk organik pada kesuburan taan perlu dimonitor secara kontinya sehingga dapat digunakan untuk menilai perkembangan tingkat kesuburuan tanah .   Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator reaksi  tanah. Nilai pH tanah berkorelasi positif dengan nutrisi makro atau mikro.  Masyarakat diberi arahan tentang cara mengukur pH tanah dari berbagai sampel untuk melihat perbedaam nilainya.

Gambar 10.  Evaluasi kesuburan tanah dengan uji cepat pH tanah

Gambar 11. Diskusi tim IbW untuk kegiatan berikutnya

IV.   KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberdayaan petani dalam mengelola limbah tanaman yang telah dilakukan oleh tim dosen dari  UPN “Veteran” Jawa Timur dan Undar Jombang telah merubah sikap dan pandangan warga desa Wringinpitu dalam membuat pupuk organik dan mengelola lahan secara organik walau masih sekitar 20-30%.  Rendahnya hasil program disebabkan sulitnya menyediakan pupuk organik karena tidak ada limbah kotoran ternak sehingga hanya mengandalkan limbah tanaman.

Penyediaan ternak sangat diutamakan jika budidaya organik digalakkan. Mudah-mudahan dengan adanya program kerja lainnya bisa memvasilitasi kekurnagan ini, sehingga progam padi organik bisa terwujud.

Tinggalkan komentar